Minggu, 28 Februari 2010

Psikologi Komunilkasi

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Masuki abad ke 21, merupakan awal era globalisasi, dimana negara diseluruh dunia telah mempersiapkan diri untuk menghadapi perekonomian dengan pasar bebas dengan demikian menandakan dunia semakin maju disertai perkembangan teknologi yang semakin cangih dan masyarakat pun semakin modern, semakin majunya teknologi dan semakin berkembangnya masyarakat merupakan salah satu sarana yang tidak asing lagi menyampaikan berbagai informasi.
Dan yang lebih memprihatinkan bangsa kita sekarang ini yaitu masyarakat dengan mudah menerima produk-produk yang dikeluarkan oleh negara-negara barat, sehinga tanpa disadari bansa kita sendri sedikit demi sedikit mengalami pergeseran budaya-budaya timur yang masih di junjung tinggi bansa indonesia.
Kecendrungan meningkatnya tindak kekerasan dan agresifitas atau prilaku negatif lainya pada anak diduga sebagai dampak gencarnya tayanggan televisi. Karena media ini memiliki potensi besar dalam merubah sikap dan prilaku masyarakat terutama anak-anak yang relatif masih mudah terpengaruh dan dipengaruhi. Hasil penelitan para ahli menunjukkan bahwa tayangan televisi bisa mempengaruhi prilaku anak dan juga sebaliknya tidak berpengaruh apa-apa. Pengaruh ini justru lebih dominan dipengaruhi oleh keharmonisan keluarga. Anak dari keluarga harmonis lebih memiliki penangkal atau benteng dalam menyikapi tayangan televisi.
Mengapa televisi diduga bisa menyulap sikap dan prilaku masyarakat, terutama anak-anak? Menurut skomis, dibandingakan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah dan buku-buku lain) televisi tampak mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan gabunggan dari media dengar dan gambar hidup yang bisa bersifat politis, informatip, hiburan, pendidikan atau bahkan gabungan dari keempat unsur tersebut. Misalnya, ekspresi korban bencana diaceh dan negara-negara lain yang terkena dampaknya hanya terukap dengan baik lewat televis, tidak lewat koran maupun majalah, ratapan orang kelaparan dieropa, gemuruh tepuk tanggan penonton sepak bola di lapangan hijau tampak hidup dilayar televisi.
Gencarnya tayangan televisi yang dapat dikonsumsi oleh anak-anak membuat khawatir masyarakat terutama orang tua. Karena manusia adalah makhluk peniru dan initatip. Prilaku initatip ini sangat menonjol pada anak-anak dan remaja. Kekhawatiran orang tua juga disebabkan oleh kemampuan berpikir anak yang masih relatif sederhana. Mereka cendrung menganggap apa yang ditampilkan ditelevisi sesuai dengan yang sebenarnya. Mereka masih sulit membedakan mana prilaku atau tayangan yang piktif dan mana yang memang kisah nyata. Mereka juga masih sulit untuk memilah-milah prilaku yang baik sesuai dengan nilai dan norma agama dan kepribadian bangsa, adegan kekerasan, kejahatan, konsumtif, termasuk prilaku seksual di layar televisi diduga kuat berpengaruh terhadap pembentukan prilaku anak. Sebagai mana yang dijelaskan oleh teori belajar sosial, antara lain melalui imitasi (krider, dkk1983.) Bandura (dalam krider, dkk. 1983) berdasarkan penelitian yang dilakukannya menyimpulkan bawa anak-anak ternyata melakukan peniruan terhadap sebuah tingkah laku agresif.
Para ahli psikologi menegaskan bahwa prilaku manusia pada hakekatnya merupakan proses interaksi individu dengan lingkungannya sebagai manifestasi bahwa iya makhluk hidup. Sikap dan pola prilaku itu menurut pandangan behavioristik dapat dibentuk melalui proses pembiasan dan pengukuhan lingkungan. Bertolak dari pandangan ini, pembiasan dan pengukuhan lingkungan anak dapat dibentuk melalui tayangan televisi yang sesuai dengan nilai norma dan kepribadian bangsa. Karena saat ini tayangan televisi setiap saat bisa ditonton oleh anak-anak.
Media massa hendaknya memiliki tanggung jawab sosial terhadap tayangan-tayangan yang disajikan kepada pemirsa jangan hanya mementingkan segi komersial dan mengabaikan segi pendidikan. Penayangan acara hendaknya disesuakan dengan situasi dan kondisi pemirsa dan juga sebaiknya acara yang ditayankan tidak hanya menjadi hiburan belaka tetapi juga mengandung unsur-unsur kultural edukatif. Pemerinta sebagai pemegang kebijakan haruslah dilaksanakan dengan konsekuens dan penuh rasa tanggung jawab sebagai pelangaran terhadap penayangan suatu acara dan juga harus diikuti dengan sangsi yang tegas.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah agresifitas itu?
2. Apakah yang dimaksud dengan televisi?
3. Damapak apa saja yang dapat ditimbulkan oleh televisi?
4. Bagaimanakah peran orang tua?
LANDASAN TEORI
Definisi televisi menurut effendi (dalam partasari, 1996) adalah media komunikasi jarak jauh dengan perangkat gambar dan perangkat suara baik melalui cabel maupun tanpa cabel. Batasan televisi menurut Maxwell (dalam partasi, 1996) adalah suatu cabang broadcasting yang sinyalnya disampaikan melalui gelombang untuk mengembangkan badan penyiaran, baik milik pemerintah maupun swasta dengan mengacu pada kepentingan nasional.sebagai media informasi televisi memiliki kekuatan yang ampuh (power full) untuk menyampaikan pesan. Karena media ini dapat menghadirkan pengalaman yang seolah-olah di alami sendiri dengan jangkauan yang luas.
Kita tentunya tidak dapat menutup mata terhadap manfaat-manfaat yang dibawa televisi. Siaran-siaran berita yang ada memberikan informasi dan pengetahuan tentang apa yang terjadi dinegara kita maupun dinegara-negara lain. Tetapi kita juga perlu berhati-hati dengan tayangan yang bersifat horor, sadisme, pornografi dan acara lain yang merugikan.
Maraknya tayangan televisi yang dikonsumsi oleh anak-anak membuat khawatis masyarakat terutama orang tua. Tayanggan televisi akhir-akhir ini cendrung kurang selektife. Manusia merupakan makhluk imitatip dan prilaku imitatip sangat menonjol pada anak-anak.
Dalam meliahat fenomena yang terjadi akibat dari gencarnya tayangan dari televisi yang dapat dikonsumsi anak-anak maka ada asumsi dasar bahwa sebagian besar tingkah laku individu diperoleh sebagai hasil belajar melalui pengamatan (obsevasi) atas tingkah laku yang di tampilkan individu-individu lain yang menjadi model. Dalam belajar osevasional, yang di kemukakan oleh bandura terdapat 4 proses yang satu sama lain berkaitan, yaitu:
1. Proses atensional yaitu proses dimana individu tertarik untuk memperhatikan atau menggamati tingkah laku model. Proses atensional ini dipengaruhi oleh frekuensi kehadiran model dan karektiristik yang dimiliki, sehinga model yang sering tampil dan memiliki karakteristik yang menarik akan lebih mudah mengundang perhatian individu dibanding dengan model yang jarang tampil, tidak menarik atau tidak memiliki pengaruh.
2. Proses retensi yaitu proses diama individu pengamat menyimpan tingkah laku model yang telah diamati baik melalaui perbal maupun kode imajinal (pembayangan gerak), kedua kode penyimpanan tersebut memainkan peranan dalam proses berikutnya yakni proses reproduksi.
3. Perose reproduksi yaitu proses dimana individu mengungkap kembali tingkah laku model yang telah diamatinya, pada mulanya reproduksi tingkah laku ini bersifat kaku dan kasar tetapi dengan pengulangan yang intensif maka lambat laun individu bisa mengungkapkan tingkah laku model dengan sempurna atau setidaknya mendekati tingkah laku model.
4. Proses motivsaional dan penguatan. Banduran percaya bahwa pengaugatan positif bisa memotifasi individu kearah pengungkapan tingkah laku yang di amati, penguatan juga mempengaruhi prose atensional individu. Artinya individu lebih tertarik untuk mengamati dan mencontoh tingkah laku yang menghasilakan penguatan yang besar dibanding tingkah laku yang menghasikan penguatan yang kecil.

Acara yang ditayangkan televisi memiliki dampak psikologis tertentu. Dampak akan bersifat positif apabila perubahan yang terjadi membawa kearah kemajuan. Dan sebaliknya, jika perubahan yang terjadi lebih kearah kemundurun berarti berdampak negatif.
Perilaku agresif terjadi diseluruh dunia dan segmen masyarkat. Media cetak maupun elektronik hampirs setiap hari memberikan megenai pristiwa pembunuhan, pemerkosaan, perampokan dan pencurian. Agresif adalah tingkah laku yang disebabkan oleh rasa frustasi atau marah kepada individu lain sehiggga timbul keinginan untuk melukai atau mencelakakan individu lain.

PEMBAHASAN
1. AGRESIVITAS
Prilaku agresif terjadi diselurah durnia dan segmen masyarkat. Media ceak maupun elektronik hampir setiap hari membeikan mengenai peristiwa pembunuhan, pemerkosaan, perampokan dan pencurian. Secara umum perilaku agresif berati merugikan orang lain baik fisik ataupun verbal atau merusak harta benda. Hal ini dapat terjadi melalui serangan fisik ketika seseorang memukul, mengigit atau bahkahkan membunuh.
Berbagai definisi menenai prilaku agresif diberikan para ahli. Menurut Dollard merupakan tindakan yang diakibatkan oleh frustsi. Bila usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengali gangguan atau hambatan timbul untuk mencapai suatu tujuan mengalami ganguan atau hambatan timbul dorongan untuk bertindak agresif, agresif memotivasi pula untuk melukai orang atau yang menebabkan frustasi (dalam Sears, 1994) menurut Baron danByrne (1990), prilaku agresif adalah segala bentuk perilaku yang disengaja terhadap orang lainyang bertujuan untuk melukainya dan orang yang dilukai tersebut berusaha untuk menghindar. Pandangan para ahli mengenai perilaku agresif sangatlah beragam. Ada ahli yang memandang bahwa perilaku agresif adalah perilaku yang diakibatkan oleh kecenderungan internal seseorang, sebagai contoh Freud dengan teori insting (dalan Baron dan Bryne, 1991) dan Lorenz dengan teori insting berkelahi (dalam Brehm dan Kassin, 1990)
Berkowizt (1969) membedakan agresi sebagai tingkah laku sebagaimana diindikasikan oleh definisi Baron dengan agresi sebagai emosi yang bisa mengarah kepada tindakan agresif. Disamping itu Berkowizt membedakan agresi menjadi dua macam yaitu agresi instrumental dan agresi impulsive. Agresi instrumental adalah agresi yang dilakukan oleh individu sbagai alat atau cara untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan agresi impulsive adalah agresi yang dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untuk melukai atau menyakiti tanpa tujuan selain untuk menimbulkan efek kerusakan, kesakitan atau kematian pada sasaran atau korban (dalam Koeswara, 1998). Sementara Moore dan Fine (1968) mendefinisikan agresi sebagai tingakh laku kekerasan secara fisik ataupun secara verbal terhadapindicidu lain atau terhadap objek-objek (dalam Koeswara, 1998).
Berdasarkan dari beberapa teori yang ada maka dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif adalah tingkah laku yang disebabkan oleh rasa frustasi itu marah kepada individu lain sehinga timbul keinginan untuk melukai atau mencelakakan individu lain.

2. TELEVISI
Televisi merupakan media massa elektronik yang bersifat audiovisual yaitu memadukan antara signal suara dan signal gambar, sehinga menjadi suatu pesan atau informasi yang disajikan kepada pemirsa.
Definisi televisi menurut Effendi (dalam Partasari, 1996) adalah media komuniksai jarak jauh dengan perangkat gambar dan perangkat suara baik melalui kabel maupun tanpa kabel. Sedangkan batasan televisi menurut Maxwell (dalam Partasari, 1996) adalah suatu cabang broadcasting yang signalnya disampaikan melalui gelombang untuk mengembangkan badan penyiaran, baik milik pemerintah maupun milik swasta dengan mengacu pada kepentingan nasional.

3. TAYANGAN TELEVISI
Maraknya tayangan televisi yang mengumbar pornografi telah merisukan sejumlah kalangan. Mulai dari KH Abdullah Gyimnastiar, Rhoma Irama, MUI hingga Presiden Susilo Bambang Yudoyono mengungkapkan kerihatianan terhadap fenomena tersebu. Secara umum mereka risih atas berbagai tayangan televisi yang para artis mengumbar puser, paha dan dada. Jika tayangan seperti ini secara rutin menjadi tontonan anak-anak dan remaja diasumsikan akan memberikan dampak buruk bagi pembentukan moral mereka.
Media televisi dewasa ini telah menjadi sahabat yang menemani anak-anak. Dalam keluarga modern yang para orang tuanya sibuk beraktivitas diluar rumah televisi berperan sebagai penghibur, pendampingan dan bahkan “pengasuh” bagi anak mereka. Sayangnya, peran vital televisi sebagai media hiburan keluarga tampaknya belum diimbangi dengan menu tayangan yang bermutu. Menurut penilain sejumlah pakar, televisi sedang mengalami disorientasi dalam ikut mendidik anak.
Menurut Titi Said dunia pertelevisian terancam oleh unsur-unsur pornografi, vurlgarisme dan kekerasan. Ketiga unsur itu hampir menjadi sajian rutn disejumlah stasiun televisi serta dapat ditonton secara bebas termasuk oleh anak-anak. Oleh karena itu Titi Said menyarankan agar ketiga unsur negatif tersebut dijauhkan dari pandangan anak-anak mengingat kondisi psikologis mereka yang masih labil serta belum mampu membedakan mana hal-hal negatif dan mana hal-hal yang positif dari sebuah tayangan televisi.
Tayangan televisi akhir-akhir ini cenderung kurang selektif. Tayangan pada jam utama (prime time) sering menyajikan sinetron yang kurang bermutu, menampilkan iklan yang menyisipkan vulgarisme, berita kriminal dan lain-lain. Sedangakan porsi tayangan sinetron yang secara special mengangkat dunia anak-anak sering kali berisi adegan jorok, latah dan mengandung unsur kekerasan.
Kita bisa melihat dari beberapa tayangan televisi ini:
a. Sinetron
Kita bisa lihat dari sinetron yang lalu menyajikan percintaan, gaya hidup, intrik rumah tangga dll. Sinetron dapat memberikan dampak psikologis bagi penontonnya. Kita bisa ambil contoh sinetron yang berjudul Curi Pandang Cari Perhatian yang dulu tayang pada pukul 18:00 WIB. Disini hanya menceritakan tentang pergaulan anak SMP dan percintaan. Ini tidak baik untuk tayangan anak-anak karena mengajarkan bahwa anak SMP sudah boleh berpacaran. Bahkan sekarang ada sinetron yang diselipkan anak SD yang sudah pada saling taksir-taksiran. Satu contoh lagi sinetron yang berjudul Bawang Merah Bawang Putih yang menyajikan umpatan-umpatan atau kata-kata kasar dan kotor yang diucapkan oleh pemeran Bawang Merah yang tidak pantas didengar oleh anak-anak. Ada juga sinetron yang menampilkan kekerasan bahwa terkesan ekstrim yang ditayangkan pada jam-jam yang masih bisa ditonton oleh anak-anak.
Persaingan dalam bidang bisnis ini, sehingga ada beberapa televisi memilih jalan pintas antara lain mengeksploitasi dunia anak dan remaja. Eksploitasi ini diindikasikan dalam empat hal:
1. Kehadiran stasiun pertelecisian baru mau tidak mau mempertajam tingkat judul-judul sinetron remaja yang disajikan sering kali bertemakan vulgarisme, menantang dan mengandung pornografi
2. Permain sinetron yang dipilih rata-rata berasal dari kalangan remaja belia bahkan sebagian masih berusia anak-anak.
3. Jenis-jenis peran yang dimainkan oleh para artis remaja sering bertabrakan dengan norma pergaulan masyarakat dan belum sesuai dengan tingkat perkembangan psikologisnya. Salah satu buktinya, banyak artis usia remaja yang dari pengakuannya belum pernah berpelukan dan berciuman dipaksa memerankan adegan percintaan, pacaran bahkan beradegan ciuman.
4. Banyak alur cerita remaja yang bersettingkan anak-anak sekolah lengkap dengan seragam dengan seragam sekolah, lokasi sekolah, aneka pergaulan dikelas dan diluar kelas. Jika dicermatiadegan tersebut tidak sesuai dengan norma aga dan ada ketimuran.
b. Iklan
Iklan juga mempunyai peran yang negatif untuk anak-ank. Contoh iklan permen Kiss, ting-ting garuda dan permen cola-cola yang menyajikan vulgarisme. Diman diiklan tersbut ditontonkan adegan orang dewasa ciuman antar bibir terutamana yang tampak pada iklan permen kiss. Iklan merupakan tayangan yang selalu diulang-ulang yang bisa tayang kapan saja. Ada juga iklang yang mengumbar sensualitas.
c. Musik
Sekarang ini bisa dikatakan bahwa acara khusus untuk anak-anak pun terlupakan. Porsi paket acara yang dikonsumsi untuk mereka seperti acara permainan, pentas lagu anak-anak, kuis cerdas cermat dan acara lain yang bersifat mendidik bisa dikatakan menghilang atau tidak ada lagi. Pada tahun 1990-an banyak sekali tayangan yang dieruntukkan untuk anak-anak. Banyak artis kecil yang menyanyikan lagu yang ditujukan untuk anak-anak. Anak –anak mempunyai artis favorit dan lagu gavorit masing-masing.
d. Berita kriminal
Berita kriminal bisa kita saksikan pada antara jam 11:30 damapi 13:00 WIB. Jam tayang yang kurang tepat kerana disaat anak istirahat dan tayangan ini dapat ditonton secara leluasa. Acara yang pertama kali memboing adalah patroli dimana menyajikan berita-berita keriminl. Tontonan ini menjadi acara favorit keluarga
e. Kartun
Kartun merupakan tayanga favorit bagi anak-anak. Tetapi juga perlu dicermati bahwa ada beberapa kartun yang seharusnya tidak dikonsumsi untuk anak-anak tetapi ditujukan untuk dewasa. Misalnya: cindrella yang alur ceritanya merupakan percintaan.

4. DAMPAK NEGATIF
Sebenarnya mangapa televisi bisa memberi egek negatif? Pokok permasalahannya yang paling besar, sebenarnya adalah ketidak mampuan anak membedakan dunia yang ia lihat ditelevisi dengan apa yang sebenarnya. Bagi anak-anak dunia luar seperti apa yang ada di televisi.
Dimata anak-anak, kekerasan yang ada menjadi hal yang biasa dan boleh dilakukan apalagi terhadap orang yang bersalah, karena memang itu yang ditujukan dalam film. Bahkan ada kecenderungan bahwa orang yang melakukan kekerasan terhadap “orang jahat” adalah suatu tindakan yang heroik, tidak peduli dengan prosedur hukum yang berlaku.
Efek lain dari terlalu banyak menonton televisi adalah anak menjadi pasif dan tidak kreatif. Mereka kurang beraktivitas tetapi hanya duduk didepan televisi dan melihat apa yang ada ditelevisi. Baik secara mental maupun fisik anak akan menjadi pasif kerena memang orang yang menonton televisi akan menjadi masalh bila anak sampai tidak mau bermain diluar dengan lingkungan sekitarnya. Ia akan menjadi tidka bersosialisasi dan dunianya tidak bertambah luas.
Cara belajar anak pertama adalah meniru terhadap apa yang dilihat atau sering dikatakan psikolog what they see is what they do (apa yang mereka liat adalah apa yang mereka kerjakan). Keadaaan akan semakin parah jika orang tua sendiri tidak mempu meberikan keteladanan karena anak-anak akan mencari keteladanan dari tempat lain termasuk dari tayangan sinetron, sehingga saat menonton sinetron anak-anak mangali proses internalisasi (pendapat) dan meresapi kesan-kesan, citra dan nilai yang terkandung dalam alur cerita tersebut. Dalam keadaan psikologis yang masih labil tentu anak-anak akan gampang meniru gaya dan pola pergaulan yang dikisahkan tokoh-tokoh pada sinetron itu.
Ada beberapa sebab yang menjadikan tayangan televisi memberikan dampak negatif bagi para penontonya. Sebuah tayangan televisi misalnya yang mestinya ditonton oleh remaja usia 17 tahun keatas jika ditonton oleh anak-anak usia 16 tahun kebawah tentu akan membwa pengaruh buruk bagi mentalitas mereka. Dilayar televisi ada banyak acara rating R (tontonan yang ditujukan untuk usia 17 tahun keatas) yang ditayangkan pada jam-jam yang menonton tayangan orang dewasa ini memiliki kecendrungan berperilaku negatif tiga kali dibandingkan jika mereka tidak menonton, dibawah ini merupakan contoh kasus dampak dari televisi:
a. Seorang anak brusia 14 tahun memperkosa anak berusia 3 tahun dan bahkan mencekik hingga meninggal dunia.
b. Anak balita tiba-tiba berbicara gagap dan tidak lagi berbicara normal seperti biasanya. Setelah diselidiki ternya sianak mengikuti gaya bisa yoyo dalam sinetron Si Yoyo.
c. Anak yang mencuri HP milik temannya karena orang tuanya tidak mampu membelinya
d. Kasus bunuh diri yang dilakukan anak SD karena tabungan milik kakaknya lebih banyak dibandingakan dengan miliknya. Dll

5. KONTROL ORANG TUA
Dengan demikian tayangan televisi terbukti cukup efektif dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku anak-anak. Tayangan televisi akan berdampak positif bagi pembentukan moralitas anak-anak jika cara pemanfaatanya dilakukan secara benar. Disinilah pentingnya peran orang tua. Orang tua harus bersedia membimbing dan memberi tahu soal rambu-rambu menonton televisi. Kontrol orang tua dalam pemilihan tayangan televisi akan menjadi langkah prventif agar anak-anak tidak keliru dalam memilih acara.
Kontrol orang tua juga bisa dilakukan secara langsung kepada stasiun televisi sebagai penayang acara. Caranya, orang tua melayangkan protes kepada stasiun televisi yang menayangkan sebuah acara yang dianggap bermuatan negatif.


KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Media televisi dapat menyajikan pesan atau objek yang sebenarnya termasuk hasil dramatisir secara audio visual dan unsur gerak dalam waktu bersamaan (broadcast). Pesan yang dihasilkan televisi dapat menyerupai benda atau objek yang sebenarnya atau menimbulkan kesan lain. Oleh karena itu media memiliki potensi besar dalam merubah sikap dan perilaku masyarakat. Sementara itu persaingan diantara stasiun televisi semakin ketat. Mereka bersaing menyajikan acara-acara yang digemari penonton, bahkan tanpa memperhatikan dampak negatif dari tayangan tersebut. Penonton televisi sangatlah beragam. Disna terdapat anak-anak dan remaja yang relatif masih mudah terpengaruh dan dipengaruhi.
Gencarnya tayangan televisi yang berbau kekerasan, sadisme, vulgarisme dan pornografi, menimbulkan kekhawatiran orang tua. Kondisi seperti ini sangatlah wajar, karena ini anak-anak mereka bisa menyaksikan acara televisi setiap saat. Tindak kekerasan, pornografi, vulgarisme dan perilaku negatif lainnya yang kini cenderung meningkat pada anak-anak dan remaja langsung menuding televisi sebagai biang keroknya. Tidak sedikit para orang tua memprotes terhadap tayangan televisi yang kurang pas. Disinilah pentingnya peran orang tua. Orang tua harus bersedia membimbing dan memberi tahu soal rambu-rambu menonton televisi. Kontrol orang tua dalam pemilihan tayangan televisi akan menjadi langakah preventif agar anak-anak tidak keliru dalam memilih acara.
Selain orang tua, para pengelola stasiun televisi hendaknya mempunya tanggung jawab moral terhadap acara yang ditayangkannya. Stasiun televisi merupakan bagian integral darisystem pendidikan nasional. Mereka mempunyai tanggung jawab untuk menjaga dan sekaligus meningkatkan nilai dan norma-norma yang ada di masyarakat, termasuk mendidik anak.

A. SARAN
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk menghadapi masalah ini:
• Untuk anak yang masih kecil, ia belum bisa membedakan antara siaran televisi atau rekaman video yang diputar maka orang tua dapat memilihkan film (video) yang menarik dan mendidik anak sesuai usianya.
• Memeriksa jadwal televisi sehingga orang tua bisa mengatur jadwal acara apa yang akan ditonton bersama anak.
• Dengan menemani menonton televisi, orang tua bisa mengajak anak membahas apa yang mereka tonton dan dapat membuat anak mengerti bahwa apa yang ada ditelevisi tidak semuannya sama dangan apa yang ada sebenarnya.
• Diskusikan dan bantulah anak memperoleh manfaat dari acara televisi
• Masalah kurangnya waktu belajar karena anak terlalu banyak menonton televisi, dapat diatasi dengan cara membiaskan anak tidak menonton televisi pada hari-hari sekolah.
• Ajak anak melakukan aktivitas lain selain nonton televisi misalnya bermain atau olah raga.



DAFTAR PUSTAKA
Koeswara, E. 1998. Agresi Manusia. Edisi Ke-1. Bandung : Angkasa
Marks, Patricia Greenfield. 1998. “Pengaruh Televisi, Video Game, Komputer terhadap pendidikan anak”. Edisi ke-1. Jakarta Indonesia: Kesaint Blanc.
Khumas, Asniar, Th Dicky Hastjarjo dan Supra Wimbarti. 1997.” Jurnal Psikologi Peran Fantasi Agresi Terhadap Perilaku Agresif Anak-Anak”. Yogyakrta: Fakultas Psikologi UGM.
Santoso, Fauzan Heru. 1995. “Jurnal Psikologi Minat Terhadap Film Kekerasan di Televisi Terhadap Kecenderungan Perilaku Agresif”. Yogyakarta: UGM
Anwas, Oos M. 1998. ”Buletin Antara Televisi, Anak dan Keluarga”. Pustekom Depdiknas.













TUGAS
UJIAN TENGAH SEMESTER
(Psikologi Komunikasi)
“Hubungan Antara Agresivitas Anak Terhadap Intensitas Penonton Tayangan Televisi Pornografi dan Kekerasan”




Oleh:
Hendra Muhada
08530876
(PJIK-8)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar